PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Translasi tidak sama dengan konversi atau pertukaran dari satu mata uang
ke mata uang lain secara fisik. translasi hanya perubahan satuan unit moneter,
seperti halnya sebuah neraca yang dinyatatakan dalam pound inggris disajikan
ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang
terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan
konversi.
Saldo – saldo dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai
ekuivalen mata uang domestic berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu
harga satu unit suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lainnya. Mata
uang Negara dagang utama dibeli dan dijual dalam pasar global. Dengan
dihubungkan lewat jaringan telekomunikasi yang canggih, para pelaku pasar
mencakup bank dan perantara mata uang lainnya, kalangan usaha, para individu,
dan pedagang professional.
Transaksi mata uang asing terjadi pada pasar spot, forward, atau swap.
Mata uang yang dibeli atau dijual pada spot umumnya harus dikirimkan
secepatnya, yaitu dalam waktu 2 hari kerja. Kurs pasar spot dipengaruhi oleh
banyak factor, termasuk perbedaan tingkat inflasi antar Negara, perbedaan suku
bunga nasional dan ekspektasi terhadap arah nilai tukar di masa mendatang.
Transaksi pada pasar forward adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran suatu
mata uang dengan jumlah tertentu ke dalam mata uang lain pada suatu tanggal di
masa depan. Kuotasi pada pasar forward dinyatakan dengan diskonto atau premium
dari kurs spot.
Transaksi swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau
penjualan spot atau pembelian forward, atas suatu mata uang secara bersamaan.
Investor sering memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil keuntungan dari
tingkat suku bunga yang lebih tinggi di suatu Negara asing, dalam kesempatan
yang sama melindungi diri terhadap pergerakan yang tidak menguntungkan dari
kurs nilai tukar valuta asing.
Sehubungan dengan hal diatas, maka pada makalah ini saya akan membahas
mengenai “Translasi Mata Uang Asing”
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan translasi mata uang asing?
2. Bagaimana metodologi dalam translasi mata uang
asing?
3. Bagaimana perkembangan akuntansi translasi mata
uang asing ?
4. Bagaimana praktik translasi di negara-negara lain?
1.3 Manfaat
Dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak, yaitu:
1. Bagi Penulis
Bagi pihak penulis makalah ini diharapkan bermanfaat sebagai bagian dari
proses belajar, dan juga diharapkan akan menambah pengetahuan penulis dalam
meningkatkan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang diperoleh dan dipelajari
selama penulis menuntut ilmu di lingkungan kampus.
2. Bagi Pembaca / Pihak Lain
Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
translasi mata uang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Translasi Mata Uang
Perusahaan dengan operasi luar negeri yang
signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca
laporan untuk mendapatkan pemahaman yang holistic atas operasi perusahaan, baik
domestik dan luar negeri. Untuk mencapai hal ini, laporan keuangan anak
perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang
dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. Proses penyajian ulang informasi
keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut sebagai translasi.
Translasi
mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuangan gabungan yang
memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasional perusahaan
secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uang asing dari
anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan.
Dalam
translasi mata uang asing terdapat beberapa istilah yaitu:
a. Konversi, merupakan pertukaran suatu mata
uang ke dalam mata uang lain.
b. Kurs kini, merupakan nilai tukar yang berlaku
pada tanggal laporang keuangan yang relevan.
c. Posisi aktiva bersih yang beresiko, merupakan
kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan
di translasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau
berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs
kini.
d. Kontrak pertukaran forward,
merupakan suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang
berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu
di masa depan.
e. Mata uang fungsional, merupakan mata uang
utama yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha.
Biasanya mata uang tersebut adalah mata uang Negara dimana perusahaan itu
berlokasi.
f. Kurs histories, merupakan kurs nilai mata uang
asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang
asing dibeli atau terjadi.
g. Mata uang pelaporan, merupakan mata uang yang
digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
h. Kurs spot, merupakan nilai tukar untuk
pertukaran mata uang dalam waktu segera.
i. Penyesuaian translasi, merupakan penyesuaian
yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional
suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
Daftar
istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi dari PSAK (SFAS) no.52,
1981.
1.
Atribut, karakteristik kuantitatif suatu
pos yang diukur untuk keperluan akuntansi. Contoh, biaya histories dan biaya
penggantian yang merupakan atribut suatu aktiva.
2.
Konversi, pertukatan suatu mata uang ke
dalam mata uang lain.
3.
Kurs
kini, nilai tukar yang berlaku pada
tanggal laporan keuangan yang relevan.
4.
Diskonto, ketika tingkat pertukaran yang
berikutnya lebih rendah daripada tingkat yang berlaku sekarang.
5.
Posisi
aktiva bersih yang beresiko,
kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan
ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau
berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs
kini.
6.
Mata
uang asing, suatu mata
uang selain mata uang yang digunakan oleh suatu Negara, mata uang selain mata
uang pelaporan yang digunakan oleh perusahaan.
7.
Laporan
keuangan dalam mata uang asing, laporan keuangan yang menggunakan mata uang asing sebagai
unit pengukuran.
8.
Transaksi
mata uang asing,
transaksi (yaitu penjualan atau pembelian barang atau jasa, atau utang pinjaman
atau piutang usaha) dengan syarat-syarat yang dinyatakan dalam mata uang selain
mata uang fungsional perusahaan.
9.
Translasi
mata uang asing,
proses untuk menyatakan jumlah-jumlah yang berdenominasi atau diukur dalam
suatu mata uang ke dalam mata uang yang lain dengan menggunakan kurs nilai
tukar diantara dua mata uang tersebut.
10.
Operasi
luar negeri,
suatu operasi yang menghasilkan laporan keuangan yang (1) dikombinasikan atau
dikonsolidasikan atau diperhitungkan berdasarkan metode ekuitas dalam laporan
keuangan perusahaan pelapor dan (2) disusun dalam mata uang asing selain mata
uang pelaporan perusahaan pelapor.
11.
Kontak
pertukaran forward, suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari
Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada
tanggal tertentu di masa depan.
12.
Mata
uang fungsional,
mata uang utama yanga digunakan oleh suatau perusahaan dalam menjalankan
kegiatan usaha, dan dalam menghasilkan atau menggunakan kasnya.
13.
Kurs
histories, kurs nilai
tukar mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban
dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
14.
Mata
uang lokal, mata uang
suatu Negara tertentu yang digunakan; mata uang pelaporan yang digunakan oleh
suatu operasi domestic atau luar negeri.
15.
Pos-pos
moneter, kewajiban
untuk membayar atau hak untuk menerima sejumlah unit mata uang dalam nilai yang
tetap di masa depan.
16.
Mata
uang pelaporan,
mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
17.
Tanggal
penyelesaian,
tanggal saat suatu utang dibayarkan oleh suatu piutang tertagih.
18.
Kurs
spot, nilai tukar untuk pertukaran mata
uang dalam waktu segera.
19.
Tanggal
transaksi, tanggal
saat suatu transaksi dicatat dalam catatan akuntansi perusahaan pelapor.
20.
Penyesuaian
translasi, penyesuaian
yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional
suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
21. Unit pengukuran, mata uang yang digunakan untuk
mengukur aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
2.2 Alasan – Alasan Melakukan Translasi
Adapun
beberapa alasan mengapa transalasi harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Agar para pembaca laporan untuk
mendapatkan pemahaman yang holistic atas operasi perusahaan, baik domestic
dan luar negeri.
b. Translasi mata uang asing merupakan tantangan
bagi perusahaan multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi
keuangan, karena banyak metode translasi yang dapat digunakan yang menyebabkan
perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi.
c. Translasi juga dapat digunakan untuk
memberikan kemudahan bagi pembaca laporan keuangan, praktek ini sering disebut
sebagai translasi kemudahan (Convenience).
d. Kurs nilai tukar variable, yang digabungkan
dengan berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan yang menyebabkan
perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat
perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau
perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari sutau periode ke periode
lain sulit dilakukan.
e. Untuk mencatat transaksi mata uang asing,
mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan
berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan dari luar negeri.
f. Meluasnya peningkatan kebutuhan untuk
menyampaikan informasi akuntansi mengenai suatu perusahaan yang berdomisili di
satu negara kepada pengguna di negara lain, yang timbul dengan tujuan untuk
mencatatkan sahamnya di suatu bursa efek luar negeri, melakukan akuisisi atau
usaha patungan dengan pihak asing, atau ingin mengomunikasikan hasil operasi
dan posisi keuangan kepada para pemegang saham asingnnya.
2.3 Latar Belakang Dan Terminologi
Translasi
tidak sama dengan konversi (pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain
secara fisik). translasi hanya perubahan satuan unit moneter, seperti halnya
sebuah neraca yang di nyatatakan dalam poundsterling inggris disajikan ulang ke
dalam nilai ekuivalen dolar AS, Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan
tidak ada transaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi
Transaksi
mata uang bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward atau pasar swap.
a. Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai factor,
termasuk juga perbedaan tingkat inflasi antar Negara, perbedaan pada saham nasional
dan espektasi mengenai arah tingkat mata uang selanjutnya, kurs ini bersifat
langsung atau tidak langsung.
b. Kurs pada pasar forward adalah persetujuan
untuk mentranslasikan sejumlah mata uang yang telah ditetapkan untuk masa yang
akan dating. Transaksi pada pasar forward mendapatkan potongan atau premi dari
pasar spot atau sebagai tingkat pasar forward.
c. Transaksi kurs swap melibatkan pembelian spot
dan penjualan forward yang simultan atau penjualan forward yang simultan atau
penjualan spot dan pembelian forward mata uang.
Jika
nilai tukar mata uang asing relatif stabil. translasi mata uang asing keuangan
tidak akan sulit daripada mentranslasikan perinchi atau kaki terhadap pedanaan
metric tersebut. Bagaimanapun, nilai tukar tidak pernah stabil. Sistem keuangan
pada kebanyakan negara industri sangat bebas dalam menentukan nilai mereka
sendiri pada pasar saham.
2.4 Pengaruh Alternatif Kurs Translasi Terhadap Laporan Keuangan
Dalam
melakukan translasi saldo dalam mata uang asing menjadi mata uang domestic
dapat digunakan 3 nilai tukar yaitu antar lain:
a. Kurs
kini (current) adalah kurs nilai
tukar pada saat tanggal laporan keuangan
b. kurs
historis (historical) adalah nilai
tukar pada saat suatu aktiva dalam mata unag asing pertama kali diperoleh atau
ketika suatu kewajiban dalam dalam mata uang asing pertama kali terjadi.
c. kurs
rata-rata (average) adalah rata-rata
sederhana atau tertimbang dari kurs nilai tukar kini.
Pada
saat mempertimbangkan keuntungan dan kerugian nilai tukar penting untuk
membedakan antara keuntungan atau kerugian dari transaksi dan tranlasi. suatu
transaksi yang direalisasi menimbulkan keuntungan dan kerugian yang nyata.
secara umum para akuntan menyutujui bahwa keuntungan dan kerugian seperti itu
harus tercermin secepatnya dalam laba. sebaliknya, penyesuain translsasi
bersifat belum direalisasi atau masih diatas kertas.
Kegiatan
operasional yang memberikan keuntungan sebelum transaksi mata uang asing
mungkin akan mengalami kerugian atau keuntungan yang menurun setelah translasi
mata uang asing
2.5 Transaksi Mata Uang
Perbedaan karakteristik pada transaksi mata uang
asing adalah perjanjian yang dipengaruhi oleh mata uang asing. Transaksi mata
uang asing mungkin menggunakan satu mata uang akan tetapi dihitung dengan mata
uang lain. Untuk mengerti alasannya, pertama-tama pertimbangkan gagasan
mengenai mata uang fungsional.
FAS No. 52 keputusan pihak yang berwenang AS pada
akuntansi untuk mata uang asing, mengamanatkan persyaratan untuk transaksi mata
uang asing.
a.
Pada tanggal
transaksi diakui, setiap aset, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau
kerugian yang muncul harus dihitung dan dicatat dalam mata uang fungsional
dalam catatan secara keseluruhan dengan pengaruh nilai tukar pada saat itu.
b.
Pada setiap tanggal
neraca, neraca tercatat yang menggunakan mata uang selain mata uang fungsional
ik pada pencatatan harus disesuaikan untuk menggambarkan nilai tuka saat itu.
Terdapat dua cara untuk melakukan pembukuan bagi
keuntungan dan kerugian transaksi
a. Perspektif Transaksi Tunggal, Pada transaksi
tunggal, penyesuaian nilai tukar (baik stabil atau tidak) dimasukkan sebagai
penyesuaian terhadap pembukuan transaksi awal dengan alasan bahwa transaksi dan
perjanjiannya merupakan kejadian tunggal
b. Perspektif Ganda, Pada perspektif transaksi ganda, penerimaan piutang
krona mempertimbangkan kejadian yang terpisah dari penjualan yang memberikan
tambahan pendapatan.
Untuk tujuan keseragaman FAS No.52 membutuhkan metode pembukuan transaksi ganda
untuk transaksi mata uang asing.
2.6 Translasi Mata Uang
Perusahaan
yang beroperasi secara internasional menggunkan berbagai metode untuk
menyatakan aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban yang dinyatakan dalam mata
uang asing menjadi dalam mata uang domestik. Metode translasi ini dapat
diklasifikasikan, yaitu:
a. Metode Nilai Tukar Tunggal
Metode ini
mengaplikasikan nilai tukar tunggal, harga penutupan atau harga saat ini,
terhadap semua saham dan mata uang asing. Pendapatan dan beban mata uang asing
secara umum ditranslasikan pada nilai tukar yang berlaku saat item tersebut
diakui.
b. Metode Nilai Tukar Ganda
Metode nilai tukar
ganda mengombinasikan kurs saat ini dan kurs historis dalam proses translasi
mata uang asingnya.
1. Metode Current-Noncurrent
Pada metode
current moment, asset lancar yang dimiliki anak perusahaan pada saat itu
(contoh, asset yang biasanya bisa dikonversikan ke kas dalam satu tahun) dan
utang lancar (kewajiban yang jatuh tempo dalam satu tahun) ditranslasikan ke
dalam mata uang induk perusahaan mereka pada laporan keuangannya dengan kurs
saat ini. Aset dan kewajiban noncurrent ditranslasikan pada kurs historis. Item
laporan laba rugi (kecuali untuk biaya depresiasi dan amortisasi)
ditranslasikan pada aplikasi tingkat rata-rata operasional tiap bulan atau pada
rata-rata dasar tambahan yang mencakup seluruh periode dilaporkan. Biaya
depresiasi dan amortisasi ditranslasikan pada kurs historis dengan pengaruh
saat modal yang dimiliki didapatkan.
2. Metode Moneter-Nonmoneter
Metode moneter-nonmoneter
juga menggunakan skema klasifikasi neraca untuk menentukan nilai tukar mata
uang asing yang sesuai. Asset dan kewajiban moneter (contoh, klaim dan
kewajiban untuk membayar sejumlah tagihan dengan mata uang dimasa yang akan
datang) ditranslasikan dalam kurs saat ini. Item nonmoneter (asset tetap,
investasi jangka panjang dan persediaan) ditranslasikan dalam kurs historis.
Item laporan laba rugi ditranslasikan dengan prosedur yang sama dengan yang
dijelaskan untuk konsep current-nonncurrent.
c. Metode Kurs Sementara
Dengan metode kurs
sementara, translasi mata uang asing tidak mengubah sifat sebuah item yang
dihitung. Hal tersebut hanya mengubah unit perhitungan saja. Pada metode kurs
sementara, item moneter seperti kas, piutang dan utang ditranslasikan dalam
kurs nilai saat itu. Item non-moneter ditranslasikan pada kurs yang menjadi
dasar perhitungan awal. Secara spesifik, asset yang dihitung harga perolehannya
pada laporan dengan mata uang asing ditranslasikan pada kurs historis.
2.7
Keuntungan Dan Kerugian Translasi
Perlakuan-perlakuan akuntansi menyebabkan
penyesuaian-penyesuaian intemasional ini sama beragamnya dengan
prosedur-prosedur translasi yang melatarbelakanginya. Karenanya, solusi-solusi
yang masuk akal atas masalah bagaimana memperlakukan “keuntungan atau kerugian”
translasi ini sangat dibutuhkan.
Pendekatan-pendekatan atas akuntansi bagi penyesuaian
translasi dimulai dari pendekatan deferral (penundaan) hingga pendekatan yang
tidak mengharuskan penundaan sama sekali, dengan perlakuan-perlakuan hibrida
diantara keduanya.
Mayor deferral. Memasukkan penyesuaian-penyesuaian translasi dalam laba
berjalan secara umum umum ditentang dengan alasan bahwa penyesuaian-penyesuaian
tersebut hanyalah produk dari proses penyajian ulang. Yaitu,
perubahan-perubahan dalam valuta domestik ekuivalen dari aktiva bersih perusahaan
anak di luar negeri “belum terealisasi”, tidak memiliki efek atas arus kas
valuta lokal yang ditimbulkan oleh entitas di luar negeri yang mungkin sedang
melakukan investasi ulang atau membayar kembali kepada perusahaan induk.
Memasukkan penyesuaian-penyesuaian semacam itu dalam laba berjalan, dengan
demikian, akan menyesatkan. Dalam situasi-situasi ini, penyesuaian translasi
harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
Meskipun begitu, pendekatan deferal, mungkin ditentang
dengan alasan bahwa nilai tukar tidak kembali ke keadaan semula dengan
sendirinya. Bahkan jika hal itu terjadi, penyesuaian-penyesuaiati deferral atau
transaksi akan didasari pada prediksi nilai tukar, upaya yang paling susah
dalam praktik. Situasi-situasi bisa timbul dimana hasil-hasil operasi mengalami
salah saji hanya karena kesalahan peramalan. Bagi beberapa pihak, penundaan
kerugian atau keuntungan translasi menutupi perilaku perubahan nilai tukar;
yaitu, perubahan-perubahan kurs merupakan fakta historis dan pemakai-pemalcai
laporan keuanganakan terlayani dengan baik jika dampak-dampak fluktuasi nilai
tukar dicatat ketika dampak-dampak ini muncul. Menurut FAS No. 8 (paragraf
199), “Kurs selalu berfluktuasi; akuntansi seharusnya tidak memberi kesan bahwa
kurs tersebut stabil”.
Deferral dan Amortisasi. Beberapa pengamat menyukai penundaan keuntungan dan
kerugian translasi dan mengamortisasikan penyesuaian-penyesuaian ini selama
usia item-item neraca yang bersangkutan. Apresiasi marka terhadap dolar antar
tanggal konsolidasi menghasilkan kerugian translasi. Berdasarkan asumsi bahwa
biaya dari aset termasuk pengorbanan yang diperlukan untuk mengurangi dan
menghapus kewajiban yang terkait, kerugian translasi akan diperlakukan sebagai
bagian dari biaya aset yang bersangkutan dan diamortisasikan menjadi beban
selama usia produktif aset Tersebut.
No deferral. Pilihan ketiga dalam akuntansi bagi keuntungan dan
kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian atau keuntungan tersebut
dalam laporan laba-rugi secepatnya. Penundaaan macam apapun dianggap semu dan
menyesatkan. Selain itu, kriteria-kriteria penundaan dianggap tidak mungkin
diimplementasikan dan secara internal tidak konsisten. Jadi, pendekatan
tradisionalnya adalah mengakui kerugian dengan segera tetapi hanya mengakui
keuntungan sejauh keuntungan tersebut telah terealisasi. Walaupun bersifat
konservatif, penundaan keuntungan translasi semata-mata dilakukan karena
keuntungan “menolak” bahwa perubahan kurs telah terjadi.
Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba
berjalan, sayangnya, berarti melibatkan elemen random dalam laba yang bisa
mengakibatkan gejolak laba yang signifikan setiap kali nilai tukar berubah.
Selain itu, memasukkan keuntungan dan kerugian “di atas kertas” semacam itu ke
dalam laba yang dilaporkan bisa menyesatkan pembaca laporan keuangan, karena
penyesuian-penyesuaian ini tidak selalu menyediakan informasi yang cocok dengan
dampak ekonomi yang diharapkan dari perubahan kurs atas arus kas perusahaan.
Dari prosedur-prosedur translasi diatas, jelas bahwa
tujuan-tujuan dari translasi memiliki hubungan penting dengan hakekat dari
setiap potensi penyesuaian translasi. Karenanya, jika suatu prespektif valuta
lokal dipertahankan ( prespektif perusahaan lokal ), memasukkan penyesuaian
translasi dalam laba berjalan tidak diperlukan. Keuntungn atau kerugian
translasi harus ddiperlakukan disini sebagai penyesuaian terhadap modal, yang
menyerupai perlakuan akuntansi bagi dampak-dampak perubahan tingakat harga
umum.
Keuntungan dan
Kerugian Translasi Mata Uang diantaranya dapat di rangkum sebagai berikut:
a. Penangguhan
Beberapa analisis
tentang penangguhan dengan dasar bahwa nilai tukar tidak akan berbalik dengan
sendirinya. Bahkan jika terjadi, penyesuaian karena nilai tukar penangguhan
dalam memprediksi perubahan nilai tukar adalah tugas yang paling sulit.
b. Penangguhan dan amortisasi
Beberapa perusahaan
menangguhkan keuntungan dan kerugian serta mengamortisasi penyesuaian melebihi
umur manfaatnya pada masa item neraca terkait. Pendekatan semacam ini terkadang
dikritik dengan dasar teori dan praktik.
c. Penangguhan sebagian
Pilihan ketiga dalam
akuntansi untuk keuntungan dan kerugian hasil translasi mata uang asing adalah
dengan mengakui kerugian segera saat terjadi, akan tetapi mengakui keuntungan
hanya jika terealisasi.
d. Tidak Ada Penangguhan
Pilihan laporan akhir
yang dilakukan oleh banyak perusahaan diseluruh dunia adalah untuk mengenali
secara cepat mengenai keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing dalam
laporan laba-rugi.
2.8 Perkembangan Akuntansi Translasi
· Sebelum
1965
Praktik
translasi kebanyakan perusahaan AS dipandu oleh Accounting Research Bulletin
(ARB No. 4) yang kemudian diterbitkan kembali sebagai Bab 12 dalam ARB No. 43.
Pernyataan ini mendorong penggunaan metode kini-nonkini. Keuntungan atau
kerugian transaksi langsung dimasukan ke dalam laba. Keuntungan atau kerugian
bersih saling dihapuskan selama periode berjalan. Kerugian translasi bersih
diakui dalam laba tahun berjalan, sedangkan keuntungan translasi bersih
ditangguhkan dalam akun penundaan neraca dan digunakan untuk menghapuskan
kerugian translasi pada masa mendatang.
· 1965-1975
Bab
12 ARB No. 43 memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode kini-nonkini.
Dalam keadaan tertentu, persediaan dapat ditranslasikan berdasarkan kurs
historis. Utang jangka panjang yang timbul Karena pembelian aktiva jangka
panjang dapat ditranslasikan berdsarkan kurs kini apabila terjadi perubahan
kurs nilai tukar besar (dan dianggap tetap). Setiap berbedaan akuntansi
disebabkan oleh penyajian ulang utng diperlakukan sebagai bagian dari biaya
perolehan aktiva. Menstralasikan seluruh utang dan piutang dalam mata uang
asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle Board
Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965. Perubahan terhadap ARB No. 43 kini
memberikan pilihan translasi yang lain bagi perusahaan.
· 1975-1981
Untuk
mengakhiri keaneragaman perlakuan yang diperbolehkan menurut standar translasi
sebelumnya, FASB mengeluarkan FAS No.8 yang kontroversial pada tahun 1975.
Penangguhan keuntungan dan kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi.
Keuntungan dan kerugian translasi dan transaksi mata uang asing harus diakui
dalam laba selama periode perubahan kurs nilai tukar.
Reaksi
perusahaan terhadap FAS 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung dasar teori
yang digunakan, sedangkan banyak yang lain mengecam karena distorsi yang dapat
ditimbulkan dalam laba perusahaan yang dilaporkan. FAS No.8 dikritik karena
menyebabkan hasil akuntansi yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi.
Pengaruh yo-yo FAS No.8 terhadap laba perusahaan juga menimbulkan perhatian di
kalangan eksekutif sejumlah perusahaan multinasional. Mereka mengkhawatirkan
laba perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila
dibandingkan dengan laba perusahaan domestic dan dengan demikian akan menekan
harga saham perusahaan.
· 1981-hingga
kini
Pada
bulan Mei 1978, FASB mengundang komentar publik terhadap 12 pernyataan pertama
yang dikeluarkannya, dimana banyak yang menanggapi ketidakpuasan publik tentang
FAS No. 8 sehingga FASB mempertimbangkan kembali FAS No. 8 dan setelah melalui
banyak ertemuan dan dua draft sementara, menerbitkan Statement Of Financial
Accounting Standards No. 52 pada tahun 1981.
2.9 Pengaruh Metode translasi mata uang asing terhadap
Laporan Keuangan
Walaupun
sebagian besar isu teknis dalam akuntansi cenderung terpecahkan dengan
sendirinya sejalan dengan berlalunya waktu, translasi valuta asing terrnyata
merupakan suatu pengecualian. Bahwa tren ini akan terus berlanjut didukung oleh
perkembangan-perkembangan seperti runtuhnya dominasi mata uang dolar,
pergerakan nilai mata uang yang disetujui oleh pemerintah, dan globalisasi
pasar-pasar modal dunia, yang telah meningkatkan pentingnya pelaporan dan
pengungkapan keuangan. Perkembangan-perkembangan seperti ini telah berperan
besar meningkatkan ketertarikan eksekutif-eksekutif keuangan, akuntan, dan
komunitas keuangan pada pentingnya dan konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari
translasi valuta asing.
Single Rate Method
Berdasarkan
pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap
oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan
mereka sendiri. Ini adalah lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan
afiliasi asing tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan
“rasa” lokal dari laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi
bisa dilaksanakan dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah
penggunaan metode kurs berlaku.
Karena
semua laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu
konstansta, metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan hubungan
asli (misalnya. rasio-rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari
entitas-entitas individual yang dikonsolidasi. Hanya bentuk perkiraan-perkiraan
luar negeri, bukan hakekatnya, yang berubah dalam metode kurs berlaku.
Meskipun
menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan oleh
sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi,
yaitu karena menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk,
hasil-hasil operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan
perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif valuta tunggal yaitu.
mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk sebagai unit pengukuran. Dalam
metode kurs berlaku, hasil-hasil konsolidasi akan mencerminkan
perspekfif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat dimana
perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya, jika sebuah aktiva dip=roleh
sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika kursnya adalah VA
1=$1, maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari
perspektif valuta lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya
historis aset tersebut dari perspektif dolar (translas’ biaya historis) tetap
$1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit pengukuran, nifai
aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs berlaku).
Metode
kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta
lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi
valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi
berjalan, merupakan indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva
tersebut). Hat ini jarang benar karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap
di luar negeri umumnya didukung oleh inflasi lokal.
Multiple Rate Methods
Metode-metode
kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses
translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas berikut ini.
Metode
berlaku-historis. Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS
dan ditempat-tempat lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar
sebuah perusahaan anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan
perusahaan induknya dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban
non-lancar ditranslasikan dengan kurs historis.
Item-item
laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan amortisasi, ditranslasikan
dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi atau dengan basis rata-rata
tertimbang dari seluruh periode yang akan dilaporkan. Beban depresiasi dan
amortisasi ditranslasikan dengan memakai kurs historis yang berlaku pada saat
aset yang bersangkutan diperoleh. Metodologi ini, sayangnya, memiliki sejumlah
kelemahan. Misalnya, metode ini kurang memilik justifikasi konseptual.
Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non-lancar
tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana
yang akan digunakan dalam proses transiasi.
Metode
moneter-nonmoneter. Seperti halnya metode berlaku-historis, metode
moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs
translasi yang tepat. Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas;
pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan item-item valuta asing
menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau
nilai penyelesaiannya.
Metode
Temporal Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatu proses
konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu, metode
ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur;
metode ini hanya dapat mengubah unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing,
misalnya, hanya mengubah (restate) denominasi persediaan. tidak penilaian
aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang dimiliki
pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan
akan diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain
diukur pada harga yang berlaku ketika item¬item tersebut diperoleh atau terjadi
(harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan
harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti
persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek kata, ada dimensi waktu yang
berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.
Metode
translasi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis metode yang menggunakan kurs
translasi tunggal untuk menyajikan ulang saldo dalam mata uang asing ke dalam
nilai ekuivalen dalam mata uang domestik atau metode yang menggunakan berbagai
macam kurs.
1.
Metode Kurs Tunggal
Metode ini sudah lama popular di Eropa, menerapkan suatu kurs
nilai tukar, yaitu kurs terkini dan kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban
lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan
dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut
diakui. Namun demikian untuk memudahkan pos-pos ini umumnya ditranslasikan
dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk
periode tersebut. Laporan keuangan sebuah operasi asing memiliki domisili
pelaporannya sendiri, lingkungan mata uang local di mana perusahaan afiliasi
asing melakukan usahanya. Suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing
dikatakan menghadapi resiko mata uang asing jika ekuivalen dalam mata uang
digunakan untuk mentranslasikan aktiva atau kewajiban tersebut.
2.
Metode Kurs Berganda
Metode Kurs Berganda menggabungkan kurs nilai tukar histories
dan kurs nilai tukar kini dalam proses translasi.
3.
Metode Kini-Nonkini
Berdasarkan Metode Kini-Non Kini, aktiva lancar dan kewajiban
lancar anak perusahaan luar negeri di translasikan ke dalam mata uang pelaporan
induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancar
ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali
beban depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan berdasarkan kurs rata-rata yang
berlaku dalam setiap bulan operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang selama
keseluruhan periode pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan
berdasarkan kurs histories yang tercatat saaat aktiva tersebut diperoleh.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancer secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi resiko nilai tukar.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancer secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi resiko nilai tukar.
4.
Metode Moneter-Nonmoneter
Metode Moneter-Non Moneter juga menggunakan skema klasifikasi
neraca unutk menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter
ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos non moneter aktiva tetap,
investasi jangka panjang, dan persediaan investor ditranslasikan dengan
menggunakan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan
menggunakan prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-non
kini.
5.
Metode Temporal
Dengan menggunakan metode temporal, tranlasi mata uang merupakan
proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini
tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit
pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran
ulang denominasi pos-pos tersebut tetapi bukan penilaian sesungguhnya.
Berdasarkan GAAP AS, kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal
neraca. Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan
diterima atau akan dibayar pada saat jatuh temponya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis
akuntansi yang digunakan untuk mengukur item-item valuta asing adalah dengan
mentranslasikan jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang berlaku pada
tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung. Prinsip temporal dengan
demikian menyatakan bahwa uang, piutang, dan hutang yang diukur pada jumlah
yang dijanjikan seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada
tanggal neraca. Aktiva dan kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya
ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal yang berkenaan dengan
harga uang tersebut.
Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu
mata uang ke mata uang lainnya disebut sebagai translasi. Transaksi mata uang asing terjadi pada pasar spot,
forward, atau swap. Mata uang yang dibeli atau dijual pada spot umumnya harus
dikirimkan secepatnya, yaitu dalam waktu 2 hari kerja. Kurs pasar spot
dipengaruhi oleh banyak factor, termasuk perbedaan tingkat inflasi antar
Negara, perbedaan suku bunga nasional dan ekspektasi terhadap arah nilai tukar
di masa mendatang.
Transaksi
pada pasar forward adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran suatu mata uang
dengan jumlah tertentu ke dalam mata uang lain pada suatu tanggal di masa
depan. Transaksi swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau
penjualan spot atau pembelian forward, atas suatu mata uang secara bersamaan.